( Bacaan Injil Misa
Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXXI – Rabu, 7 November 2012 )
FMM: Peringatan B. Assunta Pallota, Pelindung Suster Kaul
Sementara
Pada suatu kali ada
banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil
berpaling Ia berkata kepada mereka, “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia
tidak membenci bapaknya, ibunya, istrinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya
laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi
murid-Ku. Siapa saja yang tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak
dapat menjadi murid-Ku.
Sebab siapakah di
antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat
anggaran biayanya, apakah uangnya cukup untuk menyelesaikan pekerjaan itu?
Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya,
jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, dan berkata: Orang ini
mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya.
Atau, raja manakah
yang kalian mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk
mempertimbangkan apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan
yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang? Jikalau tidak, ia akan mengirim
utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian.
Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya
dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku. (Luk 14:25-33)
Bacaan Pertama: Flp
2:12-18; Mazmur Tanggapan: Mzm 27:1,4,13-14
Dalam bacaan Injil
hari ini, Yesus mengatakan, “Siapa saja yang tidak memikul salibnya dan
mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku” (Luk 14:27). Seorang penyair
pernah menulis, bahwa “dia yang ingin sesuatu yang berharga haruslah
menyerahkan/ mengorbankan sesuatu yang berharga pula.” Hal itu berarti, bahwa
kita tidak dapat memiliki kasih yang sejati tanpa disiplin-diri yang sama
riilnya. Para dokter, musisi, artis, ilmuwan, pengarang, guru, inventor, dlsb.
– semua telah menyadari bahwa kebesaran (Inggris: greatness) hanya datang
dengan disiplin-diri. Pekerjaan jujur adalah sebuah salib yang berat, namun hal
itu diterima dengan penuh sukacita demi cinta akan tujuan yang ingin dicapai.
Spiritualisasikanlah kebenaran ini, dan kita pun akan mempunyai salib
sehari-hari yang dibicarakan Yesus. Yesus menyerahkan segalanya untuk mengejar
kasih-Nya yang besar dan agung, rencana Bapa perihal penebusan. Santo Paulus
menulis: “ (Yesus) ……telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa
seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai
manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati
di kayu salib” (Flp 2:7-8).
Salib sehari-hari
adalah ungkapan kasih. Kasih yang sejati membuat seseorang “menyangkal dirinya”
dan mengikut Kristus (lihat Luk 9:23), karena kasih membuat dirinya
menyerahkan/melepaskan segalanya yang mengganggu upayanya untuk mengejar orang
yang dikasihi. Cinta-diri membuat seseorang memandang segala gangguan – betapa
kecilnya sekalipun gangguan itu – sebagai “salib sehari-hari”. Pandangan salah
sedemikian hanyalah membuat orang “termanja” dalam self-pity. Sesungguhnya
sebagian besar dari kesulitan-kesulitan kecil yang kita pertimbangkan sebagai
pengorbanan besar adalah ungkapan dari sikap kita yang mementingkan-diri
sendiri. Kita membesar-besarkan perasaan tidak enak yang kecil-kecil dan
memproyeksikan semua itu menjadi salib-salib yang bersifat artifisial. Jika
kita mau berpegang teguh pada kebenaran, maka seharusnya kita memandang semua
kesulitan kecil itu sebagai sekadar keratan-keratan kayu yang kecil atau serbuk
gergaji yang jatuh di sana-sini dari kayu salib. Tetapi semua itu bukanlah
salib itu sendiri, melainkan tanda-tanda kasar-sederhana dari kelemahan kita.
Salib yang dipikul
oleh Yesus dan yang diminta-Nya untuk kita pikul adalah hidup dari kasih
Kristiani itu sendiri, “baptisan” besar/agung ke mana keseluruhan hidup-Nya
diarahkan. Salib adalah status kehidupan kita: kerasulan kita, tugas-tugas
harian kita, perkawinan kita, keluarga kita, tugas mengajar kita (kalau kita
guru), tugas perawatan kita (kalau kita perawat), studi kita, pekerjaan kita –
apa pun kerja kasih yang tidak mementingkan-diri dan pengabdian yang telah
diberikan Allah kepada kita. Kejengkelan hati sehari-hari yang kecil-kecil
hanyalah bayangan dari salib yang besar, karena salib itu bagaikan sebatang
pohon tinggi, dari pohon mana kasih Allah dicurahkan secara berkelimpahan.
Salib agung itulah “hal berharga” untuknya segala “hal berharga” lainnya akan
kita serahkan/lepaskan dengan penuh sukacita.
DOA: Tuhan Yesus
Kristus, kemenangan Salib-Mu adalah kemenangan kasih-Mu yang maha-sempurna.
Jagalah agar kami agar dapat tetap menjadi murid-murid-Mu yang baik, yang
senantiasa mau dan mampu memikul salib kami masing-masing dan mengikut Engkau
dengan setia. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan