Halaman

"BAPA YANG KEKAL KUPERSEMBAHKAN KEPADA-MU, TUBUH DAN DARAH, JIWA DAN KE-AILAHAN PUTERA-MU YANG TERKASIH TUHAN KAMI YESUS KRISTUS, DEMI PENEBUSAN DOSA-DOSA KAMI DAN DOSA SELURUH DUNIA" - YESUS RAJA KERAHIMAN ILAHI, AKU PERCAYA KEPADA-MU

Selasa, November 13, 2012

DI MANAKAH YANG SEMBILAN ORANG ITU?


( Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXXII – Rabu, 14 November 2012 )
Keluarga Fransiskan: Peringatan S. Nikolaus Tavelic, Imam dkk. – Martir

Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea. Ketika ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui-Nya. Mereka berdiri agak jauh dan berteriak, “Yesus, Guru, kasihanilah kami!” Lalu Ia memandang mereka dan berkata, “Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam.” Sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi sembuh. Salah seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu sujud di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu orang Samaria. Lalu Yesus berkata, “Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah sembuh? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain orang asing ini?” Lalu Ia berkata kepada orang itu, “Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau.” (Luk 17:11-19)

Bacaan Pertama: Tit 3:1-7; Mazmur Tanggapan: Mzm 23:1-6

Bacaan Injil hari ini merupakan sebuah pelajaran tentang pengucapan syukur. Kelihatannya 9 dari 10 orang kusta yang disembuhkan oleh Yesus tidak mempunyai kebiasaan untuk berterima kasih kepada orang lain. Dari cerita Injil ini kita melihat 10 orang kusta itu baru saja menerima satu dari anugerah terbesar yang pernah diterima oleh mereka masing-masing. Barangkali kita dapat “memaafkan” mereka: “Ah, mereka begitu excited atas kesembuhan mereka yang begitu luarbiasa ajaib, sehingga apa yang dapat mereka pikirkan hanyalah melompat-lompat di atas gerobak sapi yang terdekat sambil ikut pulang ke rumah keluarga masing-masing.”

Reaksi Yesus sangatlah berbeda, dan Ia samasekali tidak berpikir seperti diuraikan di atas. Yesus hanya bertanya, “Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah sembuh? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain orang asing ini?” (Luk 17:17).

Bagaimana dengan diri kita sendiri? Apakah hanya kalau kita sedang susah saja maka kita berpaling kepada Allah untuk memohon pertolongan-Nya? Apakah kata-kata dalam doa kita kepada-Nya hanya terdiri dari kata-kata permohonan? Lupakah kita bahwa kasih-Nya bagi kita dalam hal-hal “kecil” yang kita alami setiap hari, seperti udara segar, cahaya matahari yang menghangatkan, makanan, para teman dan sahabat, kehidupan itu sendiri?

Kita sebaiknya menyadari bahwa apa yang “hebat” tentang kehidupan kita bukanlah apa yang kita lakukan bagi Allah, melainkan apa yang dilakukan Allah bagi kita. Apabila kita tidak menyadari hal ini, maka tidak mengherankanlah apabila kita luput menikmati kepenuhan sukacita dari rasa syukur. Sesungguhnya Yesus secara pribadi tidak membutuhkan ucapan terima kasih dari 9 orang kusta yang disembuhkan itu. Yesus tetap akan survive tanpa ucapan terima kasih dari mereka. Jadi, ketika Yesus mengungkapkan kesedihan-Nya atas sikap tidak tahu berterima kasih 9 orang tersebut, hal itu tidak berarti bahwa Dia bersedih karena tidak ada orang yang menghargai diri-Nya. Yesus sebenarnya merasa sedih dan kasihan kepada mereka, karena mereka adalah para pecundang. Sukacita yang paling besar dari penyembuhan kebutaan mereka sebenarnya adalah terbukanya hati mereka, semakin dalamnya kasih mereka kepada Allah yang telah menyembuhkan mereka.

Jadi, mereka luput memperoleh kesembuhan yang lebih besar dan berkat yang lebih mendalam. Mereka luput memperoleh kedamaian batiniah dan sukacita dari suatu rasa syukur yang sejati.

DOA: Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hatiku, aku mau menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib; aku mau bersukacita dan bersukaria karena Engkau, bermazmur bagi nama-Mu, ya Mahatinggi (Mzm 9:2-3). Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Tiada ulasan:

Catat Ulasan