Halaman

"BAPA YANG KEKAL KUPERSEMBAHKAN KEPADA-MU, TUBUH DAN DARAH, JIWA DAN KE-AILAHAN PUTERA-MU YANG TERKASIH TUHAN KAMI YESUS KRISTUS, DEMI PENEBUSAN DOSA-DOSA KAMI DAN DOSA SELURUH DUNIA" - YESUS RAJA KERAHIMAN ILAHI, AKU PERCAYA KEPADA-MU

Khamis, Disember 22, 2011

BENEDICTUS: NYANYIAN PUJIAN ZAKHARIA [2]

( Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Khusus Adven, Sabtu 24-12-11 )

Zakharia, ayahnya, penuh dengan Roh Kudus, lalu bernubuat, “Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia datang untuk menyelamatkan umat-Nya dan membawa kelepasan baginya, Ia menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi kita di dalam keturunan Daud, hamba-Nya itu, – seperti yang telah difirmankan-Nya sejak purbakala oleh mulut nabi-nabi-Nya yang kudus – untuk melepaskan kita dari musuh-musuh kita dan dari tangan semua orang yang membenci kita, untuk menunjukkan rahmat-Nya kepada nenek moyang kita dan mengingat perjanjian-Nya yang kudus, yaitu sumpah yang diucapkan-Nya kepada Abraham, bapak leluhur kita bahwa ia mengaruniai kita, supaya kita, terlepas dari tangan musuh, dapat beribadah kepada-Nya tanpa takut, dalam kekudusan dan kebenaran di dihadapan-Nya seumur hidup kita. Dan engkau, hai anakku, akan disebut nabi Allah Yang Mahatinggi; karena engkau akan berjalan mendahului Tuhan untuk mempersiapkan jalan bagi-Nya, untuk memberikan kepada umat-Nya pengertian akan keselamatan yang berdasarkan pengampunan dosa-dosa mereka, oleh rahmat dan belas kasihan dari Allah kita, yang dengannya Ia akan datang untuk menyelamatkan kita, Surya pagi dari tempat yang tinggi, untuk menyinari mereka yang tinggal dalam kegelapan dan dalam naungan maut untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera.” (Luk 1:67-79)
Bacaan pertama: 2Sam 7:1-5,8b-12,16; Mazmur Tanggapan: Mzm 89:2-5,27,29
“Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia datang untuk menyelamatkan umat-Nya dan membawa kelepasan baginya” (Luk 1:68).
Keragu-raguan Zakharia pada kata-kata malaikat membuat dirinya bisu – keheningan yang dipaksakan oleh Yang Ilahi – untuk sembilan bulan lamanya (Luk 1:18-20). Zakharia tidak mempunyai pilihan – dia dibuat bisu! Akan tetapi Zakharia membuat pilihan, yakni untuk menjalani kurun waktu selama sembilan bulan kebisuan ini dengan melakukan permenungan janji-janji dan rencana-rencana Allah. Karena dia duduk hening dalam doa, Zakharia memperkenankan Allah untuk mengajar dirinya tentang anaknya yang akan dilahirkan, Yohanes, dan peranan yang akan dimainkannya dalam sejarah keselamatan. Doa-doa telah membuka hati Zakharia sehinga dia dapat dengan penuh gairah menerima rencana Allah.
Petikan ayat Kitab Suci di atas adalah awal dari kidungnya yang dikenal dengan nama Benedictus atau “Kidung Zakharia” yang setiap hari didoakan/dinyanyikan dalam “Ibadat Pagi”. Dengan kalimat ini Zakharia memuji sejarah keselamatan Allah pada umumnya. Dalam kidung ini, Zakharia menempatkan kehidupan puteranya dalam hubungannya dengan karya Allah untuk menyelamatkan bangsanya sendiri dan segala bangsa. Dia merasa bersyukur dalam hati, karena kanak-kanak yang disanjungnya dalam kidung ini menjadi perintis jalan bagi Tuhan, bentara Mesias yang bertugas mempersiapkan sebuah bangsa yang sempurna bagi Allah.
Dengan cara yang khas, hal ini juga berlaku bagi kita masing-masing. Kita pun dapat melambungkan sebuah madah pujian-syukur atas kehidupan kita sendiri. Mengapa? Karena kita juga termasuk dalam bangsa terpilih, yang dipanggil oleh Allah untuk mengikuti sang Penebus dan mempersiapkan sebuah jalan menuju masa depan yang menjadi milik.
Allah itu kekal. Ia yang memberikan kepada kita kehidupan tanpa menanyakan terlebih dahulu kepada kita. Sebab, dengan menghidupkan kita, Dia menunjukkan kerahiman-Nya kepada kita. Sejak saat orang dipanggil Allah, dia dikuasai oleh suatu misteri ilahi yang menakutkan namun pada saat yang sama juga membahagiakan.
Allah telah menjadi misteri bagi hidup kita. Walaupun demikian, kita senantiasa masih dapat melambungkan puji-pujian kepada-Nya: “Terpujilah Allah yang telah memanggil kita kepada persekutuan dengan Putera-Nya. Terpujilah Allah yang telah mengasihi, menyelamatkan dan memanggil kita kepada Terang-Nya yang tak terperikan. Terpujilah Allah yang telah menjadikan kita anak-anak-Nya. Terpujilah Allah yang sebagai manusia telah ikut serta menempuh liku-liku kehidupan kita agar kita mengikuti dan merintis jalan bagi-Nya, hingga kerahiman Allah dinyatakan kepada kita, yang memberikan arti terdalam dalam kehidupan kita. Terpujilah Allah hingga saat di mana kita diperbolehkan mengucapkan doa syukur abadi, yang tidak pernah akan berhenti lagi.
DOA: Ya Allah, Engkau sungguh baik hati. Terimalah persembahan pujian kami. Amin.
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Tiada ulasan:

Catat Ulasan