Bacaan Injil: Luk 7:19-23 – Hari Rabu Pekan III Adven ( Tahun II )
Yohanes Pembaptis dipanggil dan diutus sebagai perintis jalan bagi sang Mesias. Karena keculasan hati manusia, Yohanes dijebloskan ke dalam penjara. Dari suatu wilayah luas-terbuka dan bebas-lepas, ia sekarang berada dalam sebuah ruang sel tertutup dan sempit …… bagaikan seekor burung yang digunting sayap-sayapnya.
Dalam situasi yang sedemikian, tidak mengherankanlah apabila seseorang sampai bertanya-tanya kepada dirinya sendiri mengenai masa lampau kehidupannya, juga mengenai tujuan hidupnya. Begitu pula halnya dengan Yohanes!
Kiranya menurut pandangan Yohanes, pribadi Yesus itu tidak cocok dengan beberapa segi pemahamannya tentang sosok seorang Mesias. Gambarannya tentang Yesus tidak sesuai dengan apa yang ia telah terima dengan ketulus-ikhlasan hati dari berbagai nubuatan Perjanjian Lama. Yesus itu dibayangkannya sebagai seorang yang sudah mengayunkan kapak guna menebang pohon beserta akar-akarnya; atau sebagai orang yang memegang nyiru untuk menapis dengan cermat lalu menyimpan gandum dalam lumbungnya, sedangkan sekam yang tinggal dibuangnya dalam api yang tak terpadamkan: “Alat penampi sudah di tangan-Nya untuk membersihkan tempat pengirikan-Nya dan untuk mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung-Nya, tetapi sekam akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan” (Luk 3:17).
Dalam penjara Yohanes menyadari bahwa Yesus bertindak lain sekali dengan persepsinya tentang Yesus. Yesus tidak memutuskan buluh yang patah terkulai dan tidak memadamkan sumbu yang pudar (lihat Yes 42:2). Yesus lebih menyerupai Hamba YHWH, sesuai yang dilukiskan dalam Kitab Yesaya (lihat Yes 52:13-53:12), daripada seorang nabi besar dan dahsyat-perkasa, yang dengan segala kekuatannya memusnahkan ketidakadilan dan mendirikan sebuah kerajaan keadilan di atas bumi ini. Singkatnya: Yesus tampak lain daripada apa yang diinginkan/dibayangkan oleh Yohanes.
Kita tahu bahwa pada awalnya para rasul juga mempunyai gambaran lain tentang Yesus. Ingatlah peristiwa di mana Simon Petrus dihardik oleh Yesus karena dia berpandangan bahwa “Mesias, Anak Allah” tidak cocoklah untuk menderita sengsara (lihat Mat 16:22-23). Hal yang sama terdapat pada banyak orang Yahudi pada zaman itu, terutama di kalangan para pemuka agama bangsa itu. Akan tetapi Yohanes mengambil sikap sangat tepat terhadap pertanyaan-pertanyaan dan kebimbangan-kebimbangannya sendiri, yakni dia minta penjelasan dari Yesus sendiri. Hal inilah yang menggambarkan Yohanes sebagai “pahlawan kepercayaan” yang luar biasa. Pertanyaan-pertanyaan dan kebimbangan-kebimbangannya sendiri tidak mempengaruhi kepercayaannya kepada Yesus. Betapapun lainnya sosok Yesus daripada yang dibayangkan olehnya, Yohanes tetap setia kepada-Nya.
Oleh karena itu, disuruhnyalah dua orang muridnya bertanya kepada Yesus apakah Ia-lah Yang-Akan-Datang itu, atau seorang lain yang harus dinantikan (Luk 7:18-20). Jawaban yesus cocok seluruhnya dengan tindakan-Nya; cintakasih, bela rasa dan kasih-Nya terhadap orang miskin, menderita sakit-penyakit dan berkekurangan. Jawaban itu diakhiri-Nya dengan suatu peringatan yang bukan hanya bagi Yohanes, melainkan juga bagi semua orang segala zaman yang berupaya mencari relasi dengan Yesus: “Berbahagialah orang yang tidak menolak Aku” (Luk 7:23).
Apa yang terjadi pada diri Yohanes dapat terjadi pula pada diri setiap insan. Gambaran yang dimilikinya tentang Yesus mungkin saja tidak cocok dengan kenyataan. Semakin kita menyerahkan diri kepada Yesus Kristus, semakin besar pula kemungkinan timbulnya pertanyaan dan kebimbangan. Namun justru dalam situasi sedemikianlah akan menjadi nyata kebesaran dan kekuatan iman-kepercayaan kita. Yohanes yang seakan-akan berdiri di ambang peralihan dari masa lama kepada masa baru, menunjukkan jalan yang harus kita tempuh: Pada jalan ini dia masih memegang peranan yang luhur sebagai pendahulu dan perintis bagi Yesus Kristus.
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan