Lagi pula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya, lalu ia menjadi janda sampai ia berumur delapan puluh empat tahun sekarang. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. Setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediaman mereka, yaitu kota Nazaret di Galilea. Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya. (Luk 2:36-40)Pada saat itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem.
Bacaan Pertama: Kej 15:1-6; 21:1-3; Mazmur Tanggapan: Mzm 105:1-6,8-9
Bacaan Injil hari ini merupakan penggalan dari sebuah narasi yang lebih panjang, yaitu yang berkenaan dengan peristiwa “Yesus dipersembahkan di Bait Allah”. Tiga ayat pertama (Luk 2:36-38) adalah catatan Lukas mengenai Hana, seorang nabiah – seorang anawim – yang merupakan salah seorang pertama yang memberitakan “Kabar Baik” tentang Yesus (Luk 2:38). Dua ayat berikutnya (Luk 2:39-40) bercerita sedikit tentang “Keluarga Kudus”, yang terdiri
dari Yesus, Maria dan Yusuf.
Keluarga Kristiani seringkali digambarkan sebagai sebuah gereja-mini, gereja domestik (Latin Ecclesia Domestica), yang dimaksudkan oleh Allah untuk memancarkan semua karakteristik dari keseluruhan Tubuh Kristus (Gereja). Banyak yang harus kita pelajari lewat permenungan semua ini dalam hati kita dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada Allah, apakah artinya bagi keluarga-keluarga kita keberadaan sebagai gereja-gereja mini tersebut. Semua orangtua secara pribadi dipanggil oleh Allah untuk memainkan sebuah peranan yang istimewa dalam membentuk dan menopang gereja-mini keluarga mereka masing-masing.
Selagi kita melihat contoh yang diberikan oleh Keluarga Kudus dari Nazaret, paling sedikit kita dapat melihat dua karakteristik yang harus kita rangkul dan tunjukkan dalam keluarga kita, yakni ketaatan dan cintakasih kepada Allah. Baik bacaan Injil sebelum ini (Luk 2:22-35) maupun sesudah ini (Luk 2:41-52) menunjukkan dua karakteristik tersebut. Lukas mencatat: “Lalu ketika tiba waktu penyucian menurut hukum Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan, ‘Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah’, dan untuk mempersembahkan kurban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati” (Luk 2:22-35). Tiga ayat ini sudah berbicara sendiri tentang ketaatan dan cintakasih pasutri Yusuf-Maria kepada Allah.
Contoh lain dari ketaatan dan cintakasih mereka kepada Allah adalah yang dinarasikan dalam Luk 2:41-52. Maria dan Yusuf taat pada hukum Yahudi dengan setiap tahun pergi ke Yerusalem – sebuah perjalanan kaki yang sungguh jauh dari Nazaret di Galilea – untuk ikut serta dalam perayaan Paskah (Luk 2:41). Menurut hukum yang diberikan oleh Allah kepada umat-Nya, maka orang-orang Yahudi harus mengikuti upacara Paskah setiap tahun. Dalam ketaatan dan cintakasih mereka kepada Allah, Keluarga Kudus berpartisipasi dalam perayaan
Paskah ini, bahkan pergi ke Yerusalem. Dari sini jelas kelihatan bahwa Yusuf dan Maria mengasihi Allah dan menghormati-Nya dengan bersikap dan berperilaku taat kepada hukum-Nya. Dalam ketaatan mereka kepada Allah, mereka sesungguhnya memberi contoh kepada Yesus … inilah leadership by example yang memang seharusnya dipraktekkan oleh para orangtua sebagai pemimpin dalam keluarga. Kepemimpinan seperti ini bahkan berlaku juga bagi para pemimpin bangsa dan negara, dan tentunya juga para pemimpin agama.
Rumah Keluarga Kudus jelas merupakan sebuah tempat di
mana ada cintakasih mendalam kepada Allah; sebuah tempat di mana sabda Allah dan hal-ikhwal yang berkaitan dengan Yang Ilahi dibahas dan dihormati. Hal ini diindikasikan oleh Yesus ketika diketemukan di Bait Allah sedang terlibat dalam sesi diskusi dan tanya-jawab dengan para guru-guru agama Yahudi: “Semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan jawaban-jawaban yang diberikan-Nya” (Luk 2:47). Kiranya Maria dan Yusuf telah mendidik Yesus dengan baik; contoh mereka mengenai cintakasih dan ketaatan kepada Allah meratakan jalan bagi Yesus untuk menjadi terbuka bagi segalanya yang akan diajarkan kepada-Nya oleh Bapa surgawi.
Keluarga-keluarga zaman modern akan banyak memper
oleh manfaat dengan mempelajari dan mengikuti contoh yang diberikan oleh Keluarga Kudus dari Nazaret. Keluarga masa kini sungguh dapat menjadi sebuah gereja-mini dan mencerminkan segala sesuatu yang seharusnya merupakan bagian dari Tubuh Kristus yang lebih besar. Oleh karena itu, marilah kita sekarang mencerminkan cintakasih dan ketaatan kepada Allah sebagaimana ditunjukkan oleh Keluarga Kudus dari Nazaret dan berjuang untuk mengikuti contoh mereka. Walaupun kita tidak selalu mengerti, kita tetap dapat mohon rahmat kepada Allah untuk mengasihi-Nya dan taat kepada-Nya.
DOA: Bapa surgawi, dengan ini aku mempersembahkan keluargaku kepada-Mu dan mohon dari-Mu agar memberkati rumah-tanggaku. Aku percaya akan kasih-Mu bagi semua anggota keluargaku. Oleh Roh Kudus-Mu, berikanlah kepadaku kuasa dan hikmat-kebijaksanaan, dan bimbinglah aku dalam mengasihi mereka yang paling dekat dengan diriku. Amin.
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan