( Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan II Adven, Sabtu 10-12-11 )
Lalu murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya, “Kalau demikian, mengapa ahli-ahli Taurat berkata bahwa Elia harus datang dahulu?” Jawab Yesus, “Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu dan Aku berkata kepadamu: Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka.” Pada waktu itu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis. (Mat 17:10-13)
Bacaan pertama: Sir 48:1-4.9-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 80:2-3,15-16,18-19
Bertahun-tahun lamanya sebelum kelahiran Yesus Kristus, nabi Maleakhi mempermaklumkan bahwa nabi Elia akan datang kembali ke dunia sebelum kedatangan hari YHWH:“Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari TUHAN (YHWH) yang besar dan dahsyat itu” (Mal 4:5). Empat ratus tahun kemudian, Simon Petrus memproklamasikan bahwa “Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup” (Mat 16:16). Dalam Yesus, “hari TUHAN” sudah dekat. Namun tidak kembali-kembalinya Elia membingungkan para murid. Bukankah Elia harus datang dulu sebelum kedatangan sang Mesias?
Yesus menjelaskan kepada para murid-Nya bahwa Elias telah datang dan menderita di tangan orang-orang yang tidak percaya (Mat 17:12). Dari kata-kata Yesus, para murid memahami bahwa yang dimaksudkan oleh-Nya adalah Yohanes Pembaptis, bentara Tuhan yang dipenggal kepalanya oleh Herodus (lihat Mat 14:1-12).
Baik Yohanes Pembaptis maupun Elia dipandang sebagai pribadi-pribadi yang “radikal”. Dua-duanya tinggal di padang gurun; menghayati suatu kehidupan yang ekstrim dan keras; tidak memiliki apa-apa, jauh dari hiruk-pikuknya kehidupan kota (lihat Mat 3:4; 1Raj 17:1-7). Dua-duanya adalah nabi-nabi yang berapi-api, yang menolak dengan tegas ketidakadilan dan dosa yang ada dalam kehidupan mereka yang berkuasa. Yohanes Pembaptis melihat dosa Herodes karena mengambil istri saudaranya sebagai “isteri”, dan Yohanes Pembaptis kemudian mengkonfrontir sang raja (Mat 14:3-5). Di sisi lain Elia mengenali tipu-muslihat para nabi Baal dan sendirian ia menantang para nabi Baal itu dalam sebuah “duel mati-hidup ilahi” (1Raj 18:17-39). Ia juga mengkonfrontir raja Ahab dan istrinya yang bernama Izebel karena pembunuhan atas diri Nabot agar supaya mendapatkan kebun anggurnya (1Raj 21:17-29).
Yohanes Pembaptis dan Elia adalah pribadi-pribadi yang heroik, yang menempatkan diri mereka dalam risiko (Yohanes Pembaptis sampai kehilangan nyawanya) dengan secara setia memproklamirkan sabda Allah. Di atas segalanya, taat kepada Allah adalah hal yang terpenting bagi mereka.
Pada hari ini memang kita tidak makan belalang dan madu, hidup menyendiri di padang gurun, atau sendirian berdiri melawan para penguasa jahat seperti yang dilakukan oleh Elia dan Yohanes Pembaptis. Namun demikian, kita semua dipanggil untuk mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati kita, seperti kedua nabi itu. Dalam kehidupan kita yang lebih “biasa-biasa/normal”, kita dapat mohon kepada Allah agar memberikan kepada kita suatu visi yang lebih besar tentang apa artinya melayani Tuhan dalam situasi kita sehari-hari. Seringkali kita membatasi diri kita karena pandangan yang keliru seperti berikut ini. Kita berpikir, karena kita tidak dapat sehebat atau sebesar para kudus di masa lampau, maka tidak banyaklah yang dapat kita persembahkan. Akan tetapi, apabila kita membuka diri bagi kehendak Bapa, maka Dia dapat bekerja melalui kita sehebat yang telah dilakukan-Nya melalui Elia dan Yohanes Pembaptis.
DOA: Tuhan Yesus, aku menyerahkan pikiranku, kata-kataku, dan perbuatan-perbuatanku kepada-Mu. Aku mengakui bahwa tanpa Engkau aku tidak dapat melakukan sesuatu pun, namun dengan Engkau aku dapat melakukan apa saja yang baik. Biarlah kuasa-Mu mengalir melalui diriku sehingga Engkau dimuliakan pada hari ini dan selamanya. Amin.
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan