( Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan III Adven, Senin 12-12-11 )
Suster-suster Misionaris Claris dari Sakramen Mahakudus ( Sorores Missionariae Clarissae A SS Sacramento ) [MC]: HARI RAYA SP MARIA YANG TETAP PERAWAN, BUNDA ALLAH PENCIPTA SURGA DAN BUMI GUADALUPE, Pelindung Utama Tarekat
Lalu Yesus masuk ke Bait Allah, dan ketika Ia mengajar di situ, datanglah imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi kepada-Nya, dan bertanya, “Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?” Jawab Yesus kepada mereka, “Aku juga akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu dan jikalau kamu memberi jawabnya kepada-Ku, Aku akan mengatakan juga kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. Dari manakah baptisan Yohanes? Dari surga atau dari manusia?” Mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata, “Jikalau kita katakan: Dari surga, Ia akan berkata kepada kita: Kalau begitu, mengapa kamu tidak percaya kepadanya? Tetapi jikalau kita katakan: Dari manusia, kita takut kepada orang banyak, sebab semua orang menganggap Yohanes ini nabi.” Lalu mereka menjawab Yesus, “Kami tidak tahu.” Yesus pun berkata kepada mereka, “Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.” (Mat 21:23-27)
Bacaan pertama: Bil 24:2-7,15-17a; Mazmur Tanggapan: Mzm 25:4-9
Yesus dari Nazaret menghayati suatu kehidupan yang dipenuhi dengan kedamaian dan sukacita yang berasal dari Allah sendiri, namun kita juga mengetahui bahwa kehidupan sedemikian bukanlah kehidupan yang mudah bagi-Nya. Di samping penderitaan sengsara yang ditanggung-Nya untuk dosa-dosa kita, Dia terus saja menghadapi oposisi dari para pemuka/pemimpin agama Yahudi yang menentang diri-Nya, malah senantiasa mencoba menjebak-Nya agar terperangkap oleh ucapan-ucapan-Nya ketika mengajar khalayak ramai.
Yesus bukannya tidak mengetahui atau menyadari kebutaan, kedegilan dan kekerasan-kepala para lawan-Nya. Setiap kali mereka mencoba menjebak-Nya atau menuduh diri-Nya, Yesus selalu menanggapi semua itu dengan hikmat-kebijaksanaan, yang tidak hanya mampu membungkam para lawan-Nya, melainkan juga menawarkan kepada mereka kesempatan-kesempatan untuk bertobat dan menerima “pesan keselamatan”-Nya. Marilah sekarang kita mengingat kembali beberapa tanggapan Yesus itu: (a) “Siapa saja di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu” (Yoh 8:7); (b) “Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah” (Mat 19:17); (c) “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!” (Mrk 12:17).
Yesus seringkali mau menjawab secara langsung pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada-Nya. Sebaliknya, jawaban-jawaban diberikan oleh-Nya dengan cara-cara yang menyingkap topeng ketidakpercayaan para penanya-Nya dan membungkam juga orang-orang itu. Patut kita catat, bahwa orang-orang yang suka mengajukan pertanyaan jebakan kepada Yesus pada masa itu dikenal sebagai orang-orang berhikmat. Yesus memberi tanggapan terhadap pertanyaan-pertanyaan menjebak dari para lawan-Nya, tidak dengan kemarahan atau kepahitan, melainkan dengan penuh hikmat dan kasih yang berasal dari relasi-Nya yang intim dengan Bapa-Nya di surga seperti dikatakan-Nya sendiri ketika bersaksi tentang diri-Nya: “Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepada-Nya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi daripada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga menjadi heran” (Yoh 5:20). Kehidupan doa Yesua dan perhatian-Nya yang mendalam tentang pimpinan Roh Kudus merupakan sumber kasih-Nya, hikmat-Nya, dan kekuatan-Nya.
Tidak ada seorang pun dari kita yang kebal terhadap penolakan, tuduhan, atau pengejaran serta penganiayaan selagi kita mengikuti jejak Yesus. Akan tetapi, melalui kematian dan kebangkitan-Nya, kita dijadikan-Nya “ciptaan baru” dan dibawa semakin dekat lagi dengan hati Bapa surgawi. Dengan mencari keintiman yang lebih mendalam dengan Tuhan melalui doa-doa, liturgi – teristimewa Ekaristi, dan juga pembacaan serta permenungan sabda Allah dalam Kitab Suci, maka kita pun belajar untuk menanggapi berbagai dari para lawan kita – dengan kasih dan hikmat Allah sendiri. Sekarang, selagi kita memohon kepada Allah untuk diberikan hikmat-Nya dan hati yang dipenuhi kasih, kita membuka diri kita bagi kuasa Roh Kudus yang dapat mentransformasikan itu, sehingga kita pun dapat menjadi semakin serupa dengan Yesus, yang selalu berbicara tentang kebenaran dengan penuh kasih.
DOA: Tuhan Yesus, tanpa Engkau kami tidak dapat berbuat apa-apa. Oleh Roh Kudus-Mu, transformasikanlah hati kami dan tariklah kami agar dapat semakin dekat dengan Bapa surgawi. Biarlah Roh Kudus-Mu membimbing kami, memimpin kami, memberdayakan kami agar dapat hidup sehari-hari dengan cara yang menyenangkan hati-Mu. Amin.
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan