( Bacaan Injil Misa Fajar, HARI RAYA NATAL, Minggu 25-12-11 )
Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke surga, gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain, “Marilah sekarang kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita.” Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan. Ketika melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu. Semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka. Tetapi Maria menyimpan segala perkataan itu di dalam hatinya dan merenungkannya. Kemudian kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka. (Luk 2:15-20)
Bacaan Pertama: Yes 62:11-12; Mazmur Tanggapan: Mzm 97:1,6,11-12; Bacaan Kedua: Tit 3:4-7
Kisah Natal yang dipaparkan oleh Lukas sesungguhnya adalah proklamasi tentang kelahiran sang Juruselamat dunia, Yesus Kristus, Tuhan! Peristiwa ilahi itu diutarakan oleh sang penginjil lewat penggambaran keterlibatan orang-orang tertentu, pada masa tertentu dalam sejarah dunia dan terjadi pada tempat tertentu pula. Detil-detil ini dengan indahnya dirajut ke dalam sebuah rangkaian cerita, yang walaupun bukan merupakan catatan harian tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada satu malam, tetap saja merupakan setting yang kaya secara alkitabiah sehubungan dengan misteri kedatangan Sang Ilahi ke tengah dunia.
Kita yang selama masa Adven telah menanti-nanti sambil mempersiapkan diri sebaik-baiknya sekarang dapat bersukacita mendengar kabar surgawi bahwa Allah – karena begitu mengasihi seisi dunia – telah mengutus Putera-Nya yang tunggal ke tengah-tengah dunia. Dia adalah Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita!
Ada tiga nama penting yang diumumkan oleh malaikat kepada para gembala di padang Efrata: tiga nama yang merupakan kabar sukacita, suatu sukacita yang harus disyeringkan kepada dan oleh seluruh dunia … Juruselamat, Kristus (Mesias) dan Tuhan: “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud” (Luk 2:11).
Nama yang pertama adalah Juruselamat. Artinya sama dengan nama Yesus yang disampaikan oleh malaikat agung Gabriel kepada Maria (lihat Luk 1:31). Yesus atau Iésous dalam bahasa Yunani, yang berasal dari kata Ibrani Yésyüa’, Yehôsyûa’ yang berarti “YHWH menyelamatkan”. Dengan demikian, nama Yesus berarti Dia yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka. Nama ini tidak akan berarti sekiranya tidak ada orang-orang berdosa yang perlu diselamatkan, orang-orang yang hampir tenggelam ke dalam lautan dalam yang memerlukan pertolongan. Ingatlah bahwa kehadiran seorang dokter paling dihargai ketika ada seorang yang sakit atau terluka karena suatu kecelakaan yang menimpa dirinya. Demikian pula arti kedatangan seorang Juruselamat adalah “kabar baik” bagi orang-orang yang sadar bahwa mereka adalah para pendosa yang sungguh membutuhkan pertolongan dari Yang Ilahi.
Dalam masa Adven umat Kristiani menyiapkan diri kita antara lain untuk menyambut hari Natal. Masa penantian yang kita jalani selama kurang lebih satu bulan ini menarik kita keluar dari “hiruk pikuk” masyarakat modern agar dapat menghadapi “naluri primitif kita sendiri yang liar” serta mengalami kedambaan roh kita akan pertolongan-Nya. Masa Adven juga menantang kita untuk bersikap jujur dan sederhana dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan kita, untuk mengerti diri kita sendiri secara jujur. Dan dalam kesederhanaan ini menyadari bahwa kita memang membutuhkan seorang Juruselamat ilahi.
Kata atau nama “Juruselamat” mengungkapkan turunnya Allah kepada para pendosa yang sudah jatuh ke dalam jurang dosa. Lukas memperluas ajaran penting yang baru disebutkan tadi, karena pesan surgawi pertama-tama diberikan kepada para gembala. Mungkin untuk sekejab kita dapat melupakan ide-ide romantis kita tentang para gembala. Mereka juga orang-orang berdosa. Para gembala dipandang sebagai orang-orang yang sangat tidak jujur (mungkin karena suka mencuri kasut pada waktu ibadat di sinagoga?) dan tubuh mereka “memancarkan” aroma yang tidak sedap (alias bau sekali) sehingga mereka tidak diperkenankan untuk mengikuti ibadat di sinagoga atau Bait Suci. Namun Juruselamat yang satu ini ingin menunjukkan pentinglah kehadiran-Nya di tengah-tengah orang berdosa. Kelak ketika sudah dewasa, Yesus akan ditentang habis oleh para pemuka agama Yahudi yang tidak dapat menerimka kenyataan bahwa Yesus suka makan-minum dengan para pemungut cukai dan pendosa (lihat misalnya Luk 15:2). Bagaimana kita akan bereaksi jikalau kita yang kebanyakan tinggal di kawasan pemukiman “kelas” menengah ke atas dan anggota jemaat sebuah paroki yang “kaya” pada suatu hari menyaksikan Yesus makan-minum dengan para sampah masyarakat dan “wong cilik” pada umumnya? Akan menggerutukah kita? Akan merasa kesalkah kita – sebagai anggota Dewan Paroki yang terhormat – apabila pada suatu hari memergoki Pastor Paroki dan/atau Pastor Rekannya sedang makan-minum bersama dengan para pegawai rendahan paroki, misalnya para petugas pembersih WC dlsb.?
Sehubungan dengan hal ini, kita senantiasa tidak boleh melupakan, bahwa Juruselamat kita itu samasekali tidak dilahirkan sebagai anak manusia di sebuah hotel berbintang, melainkan di tengah-tengah orang-orang miskin, orang-orang yang tidak memiliki rumah atau tempat tinggal yang memadai. Maria dan Yusuf dengan gembira menggunakan tempat sangat sederhana yang dipinjamkan orang. Bahkan tempat itu pun bukan dimaksudkan untuk didiami manusia, melainkan hewan-hewan milik orang itu. Apa sebabnya? Injil Lukas hanya membuat sebuah laporan sangat singkat: “… karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan” (Luk 2:7). Tempat kelahiran sang Juruselamat sungguh sebuah tempat yang bau, kotor dan tidak hygienis; tidak ubahnya seperti dunia yang dimasuki-Nya; juga tidak ubahnya seperti jiwa-jiwa manusia yang dikunjungi-Nya.
Nama kedua yang diumumkan oleh malaikat kepada para gembala adalah Kristus (Mesias). Ia dikenal sebagai Yesus dalam keluarga-Nya, oleh teman-teman-Nya, oleh para tetangga dll. Nama atau kata “Kristus” mengungkapkan fungsi atau misi yang diemban-Nya. Kristus berarti yang diurapi. Dalam Perjanjian Lama orang-orang diurapi untuk tiga tugas pelayanan besar, yaitu sebagai nabi, imam dan raja. Seorang nabi dipanggil untuk menjadi seorang guru dan/atau jubir kehendak Allah. Seorang imam adalah mediator (perantara) yang mempersembahkan kurban kepada Allah untuk umat. Seorang raja diurapi agar supaya melayani rakyat dengan pemerintahan dan kepemimpinan yang baik.
Nah, dari pengumuman malaikat kepada para gembala ini, untuk pertama kali ketiga pengurapan itu dipenuhi dalam diri satu orang saja, yaitu sang Terurapi, Kristus. Sebagai seorang nabi Yesus adalah Pribadi yang membawa terang Allah ke tengah-tengah sebuah dunia yang dilanda kegelapan. Sebagai imam, Yesus akan berfungsi sebagai seorang gembala baik, yang menggembalakan umat-Nya, artinya mencari jiwa-jiwa yang tersesat agar kembali kepada Allah dan mempertaruhkan nyawa untuk mereka. Sebagai raja, Yesus akan mendirikan kerajaan Allah dalam jiwa-jiwa.
Nama ketiga yang diumumkan oleh malaikat kepada para gembala adalah Tuhan (Yunani: Kyrios). Lukas sangat menyenangi nama ini karena menulis Injilnya untuk dunia kafir Roma yang pada zaman itu mengklaim bahwa Kaisar itu memiliki kodrat ilahi. Pesan Lukas kepada mereka adalah, bahwa hanya ada satu Tuhan, Yesus Kristus. Ketiga nama yang disebutkan ini sangat kaya dalam hal signikansinya.
Juruselamat … turun ke tengah-tengah dunia … ke dalam kedosaan dan kemiskinan. Kristus … melayani kita sebagai nabi terang, sebagai gembala jiwa-jiwa dan sebagai pembawa kerajaan Allah … dibangkitkan, kembali ke kemuliaan ilahi, dan mengangkat kodrat insansi yang Ia sendiri telah mengambilnya. Dia merendahkan diri-Nya untuk mengambil kodrat insani kita sehingga melalui Dia, kita dapat ikut ambil bagian dalam kodrat ilahi.
Natal dalam arti sesungguhnya jauh dari sekadar mengenang secara sentimental peristiwa lampau dalam sejarah manusia. Natal adalah perayaan yang hidup akan karunia Allah dalam diri seorang Juruselamat, Kristus dan Tuhan. Lukas menceritakan kepada kita bahwa orang-orang yang pertama kali memperoleh kabar yang menggembirakan ini menjadi sangat ketakutan: “Lalu berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan” (Luk 2:9). Mereka bergegas ke Betlehem untuk menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu yang sedang berbaring di dalam palungan. Semua orang yang mendengar pemberitahuan para gembala tentang apa yang dikatakan malaikat tentang Anak yang baru dilahirkan itu menjadi heran (lihat Luk 2:16-18). Maria menyimpan segala perkataan gembala-gembala itu di dalam hatinya dan merenungkannya (Luk 2:19). Para gembala itu kemudian kembali sambil memuji dan memuliakan Allah (Luk 2:20).
DOA: Bapa surgawi, Allah yang Mahakuasa – Khalik langit dan bumi, kuduslah nama-Mu! Putera-Mu, sang Firman yang telah menjadi manusia, memenuhi diri kami dengan terang yang baru yang dibawa-Nya ke tengah-tengah umat manusia. Biarlah terang iman dalam hati kami masing-masing memancar dalam kata-kata yang kami ucapkan dan segala hal yang kami lakukan. Amin.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan