(Bacaan Injil Misa
Kudus, Hari Biasa Pekan BiasaXIX – Selasa, 13 Agustus 2013)
Keluarga Fransiskan Kapusin: Peringatan B. Markus dr
Aviano, Imam
YESUS DAN ANAK-ANAK
- JESUS AND CHILDRENPada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan
bertanya, “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga?” Lalu Yesus memanggil
seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka dan berkata, “Sesungguhnya
Aku berkata kepadamu, jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil
ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Sedangkan siapa saja yang
merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam
Kerajaan Surga. Siapa saja yang menyambut seorang anak seperti ini dalam
nama-Ku, ia menyambut Aku.”
“Ingatlah, jangan
menganggap rendah salah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata
kepadamu: Ada malaikat mereka di surga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang
di surga.”
“Bagaimana
pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya
sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di
pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu:
Jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu
daripada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. Demikan
juga Bapamu yang di surga tidak menghendaki salah seorang dari anak-anak ini
hilang.” (Mat 18:1-5,10,12-14)
Bacaan Pertama: Ul
31:1-8; Mazmur Tanggapan: Ul 32:3-4,7-9,12
Pada saat anak
pertama dari pasutri tertentu itu dikandung, maka secara langsung mereka berdua
menjadi orangtua. Namun setiap hari, selagi anak itu bertumbuh, pasutri
tersebut belajar lebih banyak dan banyak lagi apa artinya menjadi orangtua.
Dengan berjalannya waktu mereka bertumbuh semakin matang dalam menjalani
peranan masing-masing sebagai bapak dan ibu.
Ada suatu dinamika
serupa dalam proses menjadi anak-anak Allah. Kita menjadi anak-anak Allah
karena kehendak-Nya dan rahmat-Nya – karena darah Yesus dan air baptisan. Hal
ini adalah suatu karunia, dan kita tetap adalah anak-anak-Nya walaupun suka
mbalelo, tidak taat dst. Pada saat yang sama, kita masing-masing harus belajar
bagaimana berpikir dan bertindak sebagai anggota keluarga Allah. Kita harus
menyesuaikan pandangan dan nilai-nilai kita dengan pandangan dan nilai-nilai
Bapa surgawi agar dengan demikian kita memiliki keserupaan sebagai anggota
keluarga-Nya. Di sinilah awal keseriusan upaya kita, yaitu ketika kita belajar,
bahwa tergantung kita sendirilah, apakah kita mau (atau tidak mau) menempatkan
diri kita di bawah otoritas Bapa surgawi.
Pentinglah bagi
kita untuk mengingat bahwa dalam proses formasi ini, Bapa adalah memang untuk
kita. Dia berada di pihak kita! Allah bukanlah “seorang tiran”. Ia adalah
orangtua yang berbelas-kasih dan penuh pengertian. Seperti orangtua baik
lainnya, Allah senang mengambil waktu untuk mengajar dan melatih anak-anak-Nya,
bahkan menemukan cara untuk bergembira dengan mereka.
Orangtua
mana yang sungguh menyusahkan anak-anak mereka untuk datang kepada mereka?
Apakah mereka sungguh mencoba untuk menjadi kejam dan merasa curiga serta
menjaga jarak? Tentu saja tidak! Bapa di surga jauh lebih baik dalam melakukian
fungsi-Nya sebagai orangtua daripada manusia yang mana saja. Oleh karena itu
marilah kita datang ke hadirat Bapa, dan mohon diberikan pengajaran dari Dia.
Allah memiliki hikmat dan kuat-kuasa untuk menolong kita menjadi matang, dan Ia
mengasihi kita dengan sempurna. Tidak ada urusan yang terlalu kecil dan juga
tidak ada halangan yang terlalu besar bagi Allah!
Allah menciptakan
kita karena kasih dan Ia ingin berbagi hidup-Nya sendiri dengan kita. Dia tidak
memusatkan perhatian-Nya pada kesalahan-kesalahan kita, dan Ia tidak sekadar
berharap bahwa kita akan tetap berjalan di atas rel yang benar sehingga kita
tidak akan dilempar ke neraka. Allah ingin melihat kita mengembangkan semua
talenta dan keterampilan yang kita miliki. Allah juga sangat senang melatih
kita. Bayangkan: Walaupun ketika Allah mendisiplinkan kita, Dia mengasihi kita!
DOA: Bapa surgawi,
tidak ada siapa pun yang kukenal seperti Engkau, ya Allahku. Engkau melihat
segalanya yang terdapat dalam pikiranku, hatiku dan tindakanku, dan Engkau
tetap mengasihiku secara lengkap-total. Aku menyerahkan diriku kepada
tangan-tangan-Mu yang penuh kasih. Ajarlah aku hidup sebagai anak-Mu yang taat.
Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan