Halaman

"BAPA YANG KEKAL KUPERSEMBAHKAN KEPADA-MU, TUBUH DAN DARAH, JIWA DAN KE-AILAHAN PUTERA-MU YANG TERKASIH TUHAN KAMI YESUS KRISTUS, DEMI PENEBUSAN DOSA-DOSA KAMI DAN DOSA SELURUH DUNIA" - YESUS RAJA KERAHIMAN ILAHI, AKU PERCAYA KEPADA-MU

Khamis, Ogos 22, 2013

MENGASIHI ALLAH DAN SESAMA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XX – Jumat, 23 Agustus 2013)
Fransiskan Kapusin: Peringatan B. Berardus dr Offida, Biarawan

Ketika orang-orang Farisi mendengar bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia, “Guru, perintah manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” Jawab Yesus kepadanya, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah perintah yang terutama dan yang pertama. Perintah yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua perintah inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” (Mat 22:34-40)

Bacaan Pertama: Rut 1:1,3-6,14b-16,22; Mazmur Tanggapan: Mzm 146:5-10

Hukum Yahudi, bahkan pada masa Yesus hidup dan berkarya di Palestina, sangat jelimet …… rumit! Perwahyuan dan tradisi selama berabad-abad telah menghasilkan perintah-perintah, instruksi-instruksi dan panduan-panduan yang mengatur hampir setiap aspek kehidupan dan iman, sampai-sampai kepada hal-hal seperti “pembayaran persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran” (Luk 11:42). Di samping itu, berbagai kelompok seperti kaum Farisi, Saduki, Eseni dan kelompok lainnya masing-masing menafsirkan dan mengajarkan tentang hukum tersebut dengan cara yang berbeda dan kadang-kadang saling bertentangan. Jadi, tidak mengherankanlah apabila tidak sedikit orang menjadi bingung.

Pada waktu orang-orang Farisi yang menentang Yesus bertanya kepada-Nya tentang perintah-perintah yang paling utama, kita merasakan bahwa sebenarnya mereka tidak mencari kebenaran yang sejati. Malah sebaliknya, karena mengetahui adanya berbagai kemungkin tafsir yang berbeda-beda, mereka berharap Yesus akan mengatakan sesuatu yang akan menjebak diri-Nya …. Yesus akan terperangkap dalam kontroversi, malah akan mendiskreditkan diri-Nya sebagai seorang Rabi, …… kehilangan profesi-Nya sebagai seorang Rabi, dipermalukan dlsb.

Dalam jawaban-Nya Yesus mengingatkan para pendengar-Nya bahwa cintakasih terletak pada jantung Yudaisme, artinya dalam Injil-Nya juga. Allah menciptakan kita-manusia karena Dia mengasihi kita, Dia “telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya” (Ef 1:4). Allah senantiasa mengasihi kita (lihat Mzm 100:5). Ini adalah suatu cintakasih yang membawa kehidupan, merangkul kehidupan secara keseluruhan dan tetap setia pada kehidupan itu sampai akhir.

Yesus mengajar bahwa karena Allah mengasihi kita, maka kita pun harus mengasihi-Nya dan juga sesama kita. Bagaimana hal itu mungkin terjadi? Ada hari-hari di mana kelihatan sukar bagi kita untuk mengasihi diri kita sendiri dengan sepenuh hati, apalagi orang-orang lain – atau bahkan Allah sekalipun. Namun Allah mengetahui bagaimana Dia menciptakan kita. Dia tidak pernah memberikan mission impossible kepada kita. Yang perlu kita lakukan adalah memohon kepada-Nya agar memenuhi hati kita masing-masing dengan kasih-Nya. Kemudian, kasih itu akan mulai mengalir kembali kepada-Nya dalam rupa adorasi dan puji-pujian kepada-Nya. Kasih itu pun akan mengalir ke luar kepada orang-orang lain dan diwujudkan dalam penerimaan terhadap orang-orang yang dahulu tidak mau/sudi kita lihat atau sentuh, pengampunan kepada orang-orang yang bersalah kepada kita, dan pelayanan kepada sesama yang miskin dan menderita.

Tidaklah terlalu sulit bagi Allah untuk melembutkan sebuah hati yang keras-membatu, untuk menghangatkan sebuah hati yang dingin-membeku, untuk memulihkan sebuah hati yang patah, atau untuk menghembuskan nafas kehidupan ke dalam sebuah hati yang tak mampu memberi tanggapan samasekali. Pada kenyataannya, Allah sangat senang melakukan semua hal itu. Yang perlu adalah kita memohon pertolongan-Nya dengan keterbukaan dan kerendahan hati sebagai anak-anak-Nya. Tidak ada doa-doa istimewa yang diperlukan. Doakanlah permohonan kita (anda dan saya) dengan kata-kata sederhana, tidak perlu diucapkan keras-keras karena Dia adalah Allah yang Mahamendengar, bahkan doa hening pun sangat mencukupi Mengapa begitu mudah? Karena Allah kita adalah Allah yang baik dan benar, seperti dikatakan oleh sang pemazmur: “TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat” (Mzm 25:8)

DOA: Datanglah, ya Roh Kudus Allah, dan penuhilah hatiku hari ini. Aku ingin mengasihi Engkau dengan segalanya yang ada di dalam diriku, dan mengasihi sesamaku, namun aku membutuhkan kasih-Mu untuk dapat mengasihi. Amin.


Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Tiada ulasan:

Catat Ulasan