(Bacaan Pertama
Misa Kudus, Peringatan S. Monika – Selasa, 27 Agustus 2013)
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat
dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu memberi
persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan, tetapi yang terpenting dalam
hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan.
Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. Hai kamu pemimpin
pemimpin buta, nyamuk kamu saring dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di
dalamnya kamu telan.
Celakalah kamu, hai
ahli-hali Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab
cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh
rampasan dan kerakusan. Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah
dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih. (Mat 23:23-26)
Bacaan Pertama:
1Tes 2:1-8; Mazmur Tanggapan: 139:1-6; Bacaan Injil alternatif: Luk 7:11-17
“Bersihkanlah
dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih” (Mat
23:26).
Kita masing-masing
(anda dan saya) adalah cawan yang dimaksud! “Sebelah dalam” cawan adalah hati
kita, inti terdalam keberadaan kita. “Sebelah luar” cawan adalah apa yang dapat
dilihat dan diamati oleh orang lain – kata-kata kita, tindakan-tindakan kita,
dan perilaku kita pada umumnya. Kata-kata Yesus ini menunjukkan kepada kita
bahwa Dia ingin agar kita masing-masing memiliki sebuah hati yang bersih, yang
kebaikannya memancar ke luar, sehingga setiap hal tentang diri kita
menyenangkan Allah.
Sekarang muncullah
sebuah pertanyaan, “Bagaimana aku membersihkan hatiku? Kebenarannya adalah
bahwa kita tidak dapat membersihkan hati kita sendiri! Hal ini hanya Allah-lah
yang dapat melakukannya. Adalah benar bahwa kita harus bekerja sama dengan Roh
Kudus yang bekerja dalam diri kita. Walaupun begitu, akhirnya, hati kita dapat
dibuat bersih dan murni hanya melalui kegiatan Roh Kudus, Allah sendiri.
Kalau begitu
halnya, bagaimana kita dapat menjadi lebih sensitif terhadap Roh Kudus sehingga
kita dapat mendeteksi gerakan-gerakan-Nya dalam hati kita dan bekerja sama
dengan Dia? Dengan/melalui doa-doa, pembacaan dan permenungan sabda Allah dalam
Kitab Suci, seringkali menerima Sakramen-sakramen, dan menggunakan kharisma,
atau karunia/anugerah yang telah diberikan kepada kita oleh-Nya. Kita juga
dapat belajar banyak tentang karya Roh Kudus dengan/melalui sebuah rencana yang
baik untuk studi atas ajaran-ajaran Gereja dan pembacaan dan permenungan atas
riwayat orang-orang kudus. Di atas segalanya, secara sederhana kita dapat mohon
Roh Kudus untuk masuk ke dalam hati kita semakin dalam lagi. Selagi relasi kita
dengan Roh Kudus itu semakin bertumbuh-kembang, kita mun akan menjadi semakin
sensitif terhadap bimbingan-Nya. Kita akan mengalami Dia memurnikan hati kita,
yang pada gilirannya akan mempunyai suatu efek pembersihan atas kata-kata dan
tindakan-tindakan kita.
Akhirnya sebuah
catatan dari saya: selagi anda bekerja membangun/memperbaiki relasi anda dengan
Roh Kudus, ambillah Ibu Maria, ibunda Yesus sebagai “model” yang anda dapat
teladani. Sejak saat pemberitahuan oleh malaikat agung Gabriel, ketika dia
dinaungi oleh Roh Kudus sampai pada hari Pentakosta Kristiani yang pertama, di
mana dia pun hadir bersama para rasul pada saat pencurahan Roh Kudus, Bunda
Maria menunjukkan kepada kita apa dan bagaimana kerendahan hati, ketaatan, dan
rasa percaya (trust) dapat membuat diri kita tetap terbuka bagi Roh Kudus.
Bilamana kita ingin hati kita – “sebelah dalam cawan” – menjadi bersih dan
murni, perkenankanlah Bunda Maria menunjukkan jalannya bagaimana kita menjadi
lebih terbuka bagi karya Roh Allah dalam diri kita.
DOA: Roh Kudus
Allah, bukalah mata dan telinga hatiku terhadap tindakan-Mu dan bimbingan-Mu.
Datanglah, ya Roh Kudus, dan penuhilah diriku sehingga – seperti Bunda Maria –
aku pun dapat memiliki sebuah hati yang bersih-murni. Amin.
Sdr. F.X. Indrapradja,
OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan