(Bacaan Injil Misa
Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XVIII – Rabu, 7 Agustus 2013)
Keluarga Fransiskan Kapusin: Peringatan B. Agatangelus
dan Kasianus, Imam-Martir
Kemudian Yesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon.
Lalu datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru,
“Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan
dan sangat menderita.” Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu
murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya, “Suruhlah ia pergi, ia mengikuti
kita sambil berteriak-teriak.” Jawab Yesus, “Aku diutus hanya kepada
domba-domba yang hilang dari umat Israel.” Tetapi perempuan itu mendekat dan
menyembah Dia sambil berkata, “Tuhan tolonglah aku.” Tetapi Yesus menjawab,
“Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya
kepada anjing.” Kata perempuan itu, “Benar Tuhan, namun anjing itu makan
remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.” Lalu Yesus berkata kepadanya, “Hai
ibu, karena imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.” Seketika
itu juga anaknya sembuh. (Mat 15:21-28)
Bacaan Pertama: Bil
13:1-2a,25 – 14:1,26-29,34-35; Mazmur Tanggapan: Mzm 106:6-7,13-14,21-23
Apa yang dilakukan
oleh Yesus? Pada awalnya, Dia kelihatan tidak berminat untuk menolong perempuan
Kanaan yang telah berseru kepada-Nya itu. Yesus di sini kelihatan tidak
menentang atau mendobrak keberadaan rintangan-budaya antara diri-Nya dengan
perempuan non-Yahudi (baca: Kafir), dan hal ini bukanlah perilaku yang biasa
ditunjukkan oleh-Nya. Perempuan Kanaan itu harus melanjutkan meminta-minta
belas kasihan dari Yesus, sebelum akhirnya dia memperoleh perhatian Yesus.
Mengapa Yesus memperlakukan perempuan itu tidak seperti biasanya Dia lakukan
terhadap orang-orang lain?
Yesus senantiasa
mendengar seruan hati kita! Ia tidak pernah membiarkan kita menderita melampaui
tujuan Allah untuk menarik kita lebih dekat dengan diri-Nya. Sebenarnya
“penundaan” tanggapan Yesus memberikan tantangan kepada perempuan Kanaan itu
untuk memperdalam imannya melalui ketekunan. Ada satu pelajaran mendalam yang
dapat ditarik dari peristiwa ini: Siapa pun diri kita dan di mana pun posisi kita
dalam masyarakat, iman kita kepada Yesus dapat mengatasi segala rintangan dan
membawa kita kepada hati-Nya.
Iman perempuan
Kanaan itu bukanlah sekadar persetujuan secara intelektual terhadap
konsep-konsep yang tidak jelas tentang Allah, lebih daripada itu! Walau pun
perempuan itu belum sepenuhnya memahami siapa Yesus sebenarnya, biar bagaimana
pun juga dia menaruh kepercayaan kepada-Nya dengan sepenuh hati. Dia mengetahui
kebutuhan-kebutuhannya dan dia pun menyadari bahwa Yesuslah satu-satunya
harapan bagi dirinya. Dia tidak malu untuk berseru minta tolong kepada Yesus,
sampai Yesus menolongnya. Seperti Santo Paulus, ia tidak merasa ragu sedikit
pun untuk mempermaklumkan imannya kepada Yesus di depan publik atau untuk
mengakui kebutuhannya (lihat Rm 1:16; 2Tim 1:12). Itulah sebabnya mengapa Yesus
begitu senang. Digerakkan oleh iman perempuan itu, Yesus memberikan
persetujuannya: “Hai ibu, karena imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang
kaukehendaki” (Mat 15:28).
Yesus tidak malu
memanggil kita sebagai saudari dan saudara-Nya – siapa pun kita ini, apakah
kita orang miskin yang bermukim di bantaran sungai Ciliwung atau orang kaya
yang tinggal di Pondok Indah, orang Jawa atau keturunan Cina, lulusan SMA
Kanisius di Menteng Raya atau sebuah SD Negeri di Bekasi, dlsb. Yesus telah
datang untuk menolong kita dalam kelemahan kita dan Ia menantikan kita untuk
menaruh rasa percaya dan pengharapan kita kepada-Nya. Sekarang,
rintangan-rintangan atau keragu-raguan apa saja yang kita perkenankan tetap
menghadang kita untuk berseru minta tolong kepada-Nya? Seperti perempuan Kanaan
itu, marilah kita sekarang juga, tanpa malu-malu atau “ja-im”, berseru minta
tolong kepada-Nya dan terus berseru kepada-Nya. Marilah kita (anda dan saya)
mengundang Dia ke dalam kehidupan kita masing-masing guna menyembuhkan kita,
membawa Injil ke dalam keluarga kita, dan mengubah seluruh dunia. Yesus itu
mahasetia. Dia akan menjawab umat-Nya sesuai iman mereka masing-masing.
DOA: Tuhan Yesus,
kami datang menghadap-Mu dalam kelemahan kami. Namun kami juga tahu bahwa
kelemahan kami memberikan kepada-Mu kesempatan untuk berkarya dalam kehidupan
kami. Tuhan, tolonglah kami agar kami dapat menjadi seperti perempuan Kanaan
itu dan menunjukkan karya agung-Mu dalam kehidupan kami dan di tengah dunia. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan