(Bacaan Injil Misa
Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XX – Senin, 19 Agustus 2013)
Fransiskan Conventual: Peringatan Keluarga Fransiskan; S.
Ludovikus, Uskup
Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata, “Guru,
perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?”
Jawab Yesus, “Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik?
Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup,
turutilah segala perintah Allah.” Kata orang itu kepada-Nya, “Perintah yang
mana?” Kata Yesus, “Jangan membunuh, jangan berzina, jangan mencuri, jangan
memberi kesaksian palsu, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu
manusia seperti dirimu sendiri.” Kata orang muda itu itu kepada-Nya, “Semuanya
itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?” Kata Yesus kepadanya, “Jikalau
engkau hendak hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah
itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga,
kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” Mendengar perkataan itu, pergilah
orang muda itu dengan sedih, sebab banyak hartanya. (Mat 19:16-22)
Bacaan Pertama: Hak
2:11-19; Mazmur Tanggapan: Mzm 106:34-37,39-40,43-44
Mungkin sekali bagi
orangtua yang mempunyai anak gadis siap-nikah, orang yang datang kepada Yesus
ini adalah seorang calon “menantu yang ideal”. Mengapa? Karena kalau kita
membaca cerita tentang orang itu dalam ketiga Injil Sinoptik, maka dia itu
masih muda usia (Mat 19:20,22); dia memiliki banyak harta (Mat 19:22; Mrk
10:22; Luk 18:23); dia memegang jabatan sebagai seorang pemimpin (Luk 18:18).
Wah, luar biasa: muda, kaya dan seorang eksekutif lagi, walaupun misalnya hanya
pemimpin sinagoga. Apalagi orang itu itu taat kepada perintah-perintah Allah. Pokoknya,
dia adalah seseorang yang patut dicontoh perikehidupannya. Dia malah datang
kepada Yesus menanyakan perbuatan baik apakah yang harus dilakukannya untuk
memperoleh hidup yang kekal (Mat 19:16). Injil Markus malah mencatat sesuatu
tentang sikap Yesus terhadap orang itu: “Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh
kasih kepadanya” (Mrk 10:21). Ini hanya terdapat dalam Injil Markus.
Walaupun nyaris
sempurna, orang ini masih mempunyai suatu kekurangan. Yesus menerobos melalui
ilusi “hidup nyaman” orang itu ketika Dia menantangnya untuk menyerahkan segala
harta miliknya dan mengikuti Dia sebagai murid-Nya. Pada saat itu hati orang
muda itu pun terekspos. Ternyata hartanya ada di dunia. Dia merasa takut untuk
menaruh imannya pada harta surgawi yang ditawarkan oleh Yesus.
Apakah yang
dimaksudkan dengan harta surgawi ini? Apakah kita memperoleh angka di surga
untuk setiap perbuatan baik yang kita lakukan atau setiap hal yang kita
serahkan/lepaskan? Atau, apakah kita bertumbuh dalam pengenalan dan kasih akan
Allah dalam doa kita, melalui pekerjaan kita sehari-hari, dan selagi kita
mencfoba untuk melihat Allah dalam diri sesama kita? Bukankah relasi dengan
Allah merupakan harta paling besar yang mungkin kita miliki? Bukankah milik
kita yang paling berharga adalah janji Yesus bahwa kita dapat ikut ambil bagian
dalam hidup ilahi Allah, bahkan sekarang … di sini juga?
Apakah pemikiran
anda yang pertama-tama ketika anda bangun dari tidur pada pagi hari ini? Apakah
anda menyusun daftar dari apa saja yang harus anda lakukan pada hari ini ……
artinya tugas-tugas pekerjaan anda? Apakah anda mengingat-ingat hal terburuk
yang terjadi kemarin atau merasa gelisah akan hal terburuk yang kiranya akan
terjadi pada hari ini? Atau, apakah anda bangkit dari tempat tidur pagi ini penuh
dengan antisipasi akan setiap hal yang menanti anda selagi anda syering hari
ini dengan Bapa surgawi?
Allah ingin
memberikan kepada kita suatu kehidupan yang lebih baik, suatu kehidupan yang
berpusat pada diri-Nya dan janji-janji-Nya. Hal ini bukan berarti bahwa kita
harus berhenti bekerja melalui tantangan-tantangan atau mengabaikan
tanggung-jawab kita sehari-hari. Sama sekali tidak! Allah ingin kita pergi
menghadap hadirat-Nya dengan tantangan-tantangan yang sedang kita hadapi dan
menyerahkan semua itu pada kaki-kaki-Nya. Jika harta kekayaan kita ada dalam
Allah, maka setiap hal yang kita lakukan menjadi suatu kesempatan untuk
bertumbuh dalam kasih-Nya dan kita pun dapat memberikan kasih yang sama kepada
sesama kita.
DOA: Tuhan Yesus,
lembutkanlah hatiku dan bawalah diriku ke dalam hidup Allah lebih dalam lagi.
Aku ingin ikut ambil bagian dalam pemikiran-pemikiran-Mu, perasaan-perasaan-Mu,
dan kehendak-Mu bagi hidupku. Aku ingin mengenal diri-Mu dalam semua hal yang
kulakukan. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan