(Bacaan Injil Misa
Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XVIII – Jumat, 9 Agustus 2013)
KEMURIDAN - SIAPA
YANG MAU MENJADI MURIDKULalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Jika
seseorang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan
mengikut Aku. Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan
nyawanya; tetapi siapa yang kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan
memperolehnya. Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan
nyawanya? Apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Sebab Anak
Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya;
pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya. Sesungguhnya
Aku berkata kepadamu: Di antara orang yang di sini ada yang tidak akan mati
sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya.”
(Mat 16:24-28)
Bacaan Pertama: Ul
4:32-40; Mazmur Tanggapan: Mzm 77:12-16,21
“Siapa yang mau
menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi siapa yang
kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya” (Mat 16:25). Pernyataan
Yesus ini dapat menimbulkan rasa takut kita atau dapat juga menimbulkan
penyangkalan, bahwa Yesus dalam hal ini tidak memaksudkan “kehilangan nyawa”
secara harfiah. Hal itu cukup radikal dan kebanyakan dari kita telah bekerja
keras untuk apa yang kita miliki sekarang. Rumah, kendaraan roda empat maupun
roda dua, pendidikan yang baik, pekerjaan/karir yang baik, dan makanan-minuman
lezat yang dihidangkan di atas meja makan setiap hari. Sedikit saja dari kita
yang memperoleh ini semua tanpa upaya, dan kebanyakan dari kita ingin
“bertahan” pada apa yang kita telah miliki, lakukan dan kasihi.
Namun inilah justru
apa yang dimaksudkan oleh Yesus. “Siapa yang mau menyelamatkan nyawanya”
berarti “siapa saja menghasrati pembebasan – materiil, pembebasan dunia ini –
dari bahaya, penderitaan, sakit-penyakit, dlsb., akan kehilangan semua itu. Hal
itu berarti bahwa siapa saja yang hidup demi kenyamanan hidup, kepemilikan, dan
capaian-capaian duniawi akan berakhir dengan kehilangan semua itu.
Akan tetapi …
bukankah tidak salah untuk menginginkan hal-hal tersebut? Apakah salahnya
dengan hidup yang nyaman, makmur-sejahtera, dan “sukses”? Sama sekali tidak
salah! Pertanyaan yang harus ditimbulkan oleh kata-kata Yesus dalam diri kita
adalah, apakah itu saja yang kita ingin capai secara mati-matian? Apakah
kegairahan hidup kita? Allah menginginkan banyak lagi dari diri kita
masing-masing daripada sekadar mempertahankan status quo atau membuat sedikit
perbaikan di sana-sini dalam kehidupan kita. Allah mengetahui sekali apa yang
kita butuhkan dan Dia akan memperhatikan serta memenuhi kebutuhan kita itu (Luk
12:22-34), dengan demikian membebaskan diri kita agar dapat mengurus diri kita
sendiri dengan apa yang diinginkan-Nya – hidup untuk Kerajaan-Nya.
Bagaimana kita
dapat sampai ke sana? Pertama-tama kita dapat menggunakan pikiran kita. Marilah
kita membuat daftar dari segala hal yang kita ketahui tentang Bapa surgawi,
yang mahapengasih, mahatahu, mahakuasa, mahabijaksana, penuh bela rasa, penuh
belas kasih dan mahapengampun. Apabila ingatan kita sudah mulai memudar,
marilah kita membuka Kitab Suci untuk menemukan lebih banyak lagi. Kemudian,
baiklah kita membuat daftar dari apa saja yang telah dilakukan oleh-Nya,
misalnya menciptakan dunia dari ketiadaan, membebaskan bangsa Yahudi dari
perbudakan Mesir dan membangkitkan Yesus dari alam maut. Lalu, marilah kita menggunakan
hati kita. Kita menyediakan saat-saat tenang untuk mengingat-ingat apa yang
telah dilakukan Allah bagi kita secara pribadi, dan kita mohon kepada Roh Kudus
untuk memberikan kepada kita rasa syukur yang mendalam untuk semua itu. Kita
harus seringkali mengingat-ingat tindakan-tindakan Allah yang penuh kuasa dalam
kehidupan kita dan perkenankanlah semua itu menggerakan hati kita dengan kasih.
Kita sungguh tidak dapat mengatakan bahwa terlalu seringlah kita
mengingat-ingat apa yang telah dilakukan oleh Allah atas diri kita, dan marilah
kita masing-masing sekarang juga mengatakan bahwa “untuk Dialah aku rela
kehilangan nyawaku!”
DOA: Tuhan Yesus,
aku percaya pada kasih-Mu, kebaikan hati-Mu, dan hikmat-Mu bagiku. Ingatkanlah
aku senantiasa siapa Engkau sebenarnya dan apa yang telah Kaulakukan untuk umat
manusia. Aku ingin memberikan hidupku kepada-Mu, agar aku dapat memperoleh
hidup kekal bersama-Mu. Amin.
Cilandak, 3 Agustus
2013
Tiada ulasan:
Catat Ulasan