(Bacaan Injil Misa
Kudus, Pesta S. Bartolomeus, Rasul – Sabtu, 24 Agustus 2013)
FILIPUS DAN
NATANAEL - 001Filipus menemui Natanael dan berkata kepadanya, “Kami telah
menemukan Dia yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi,
yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret.” Kata Natanael kepadanya, “Mungkinkah
sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” Kata Filipus kepadanya, “Mari dan
lihatlah!” Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia,
“Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!” Kata
Natanael kepada-Nya, “Bagaimana Engkau mengenal aku?” Jawab Yesus kepadanya,
“Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon
ara.” Kata Natanael kepada-Nya: “Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang
Israel!” Yesus berkata, “Apakah karena Aku berkata kepadamu, ‘Aku melihat
engkau di bawah pohon ara,’ maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal
yang lebih besar daripada itu.” Lalu kata Yesus kepadanya, “Sesungguhnya Aku
berkata kepadamu, engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat
Allah naik turun kepada Anak Manusia.” (Yoh 1:45-51)
Bacaan Pertama: Why
21:9b-14; Mazmur Tanggapan: Mzm 145:10-13,17-18
Yohanes adalah
satu-satunya penulis Injil yang menyebutkan rasul yang bernama Natanael, namun
tradisi melihat dia sebagai murid yang bernama Bartolomeus dalam ketiga Injil
Sinoptik. Bartolomeus berarti “putera dari Tolmai” dan mungkin saja ini adalah
nama keluarga Natanael. Nama Bartolomeus selalu ditempatkan di samping nama
Filipus, dia yang menurut Yohanes memperkenalkan Natanael kepada Yesus (Yoh
1:45-46).
Ketika Filipus
syering kepercayaannya bahwa Yesus dari Nazaret adalah sang Mesias, maka
Natanael menjawab: “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” (Yoh
1:46). Pemikiran di kalangan para rabi Yahudi yang diterima pada zaman itu
adalah bahwa Mesias akan datang dari Yudea, tanah Daud – paling sedikit tidak
berasal dari daerah seperti Galilea yang didominasi oleh kaum kafir. Sebenarnya
tanggapan Natanael itu lebih daripada sekadar komentar sinis atau suatu
pernyataan ketidakpercayaan. Reaksi Natanael itu mengungkapkan suatu ketaatan
yang kuat-kokoh pada sabda Allah menurut apa yang dipahaminya, dan suatu
kemauan untuk melihat asumsi-asumsinya ditantang dengan pandangan lain.
Kenyataan bahwa Natanael menerima undangan Filipus untuk bertemu dengan Yesus
banyak menggambarkan dia sebagai seorang pribadi yang terbuka bagi kebenaran.
Secara
cukup ironis, Yesus yang melihat Natanael yang mendatangi-Nya, membuat semacam
deklarasi: “Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di
dalamnya!” (Yoh 1:47). Keterbukaan Natanael sungguh mengesankan bagi Yesus.
Yesus melihat sedikit sekali sinisme, rasa curiga, atau prasangka dalam diri
Natanael. Orang yang satu ini tidak bersembunyi di belakang kedok bilamana
berurusan dengan orang-orang lain. Sebaliknya, dia berbicara kebenaran secara
blak-blakan dan tidak mengharapkan apa-apa sebagai ganjaran. Yesus menjelaskan
bahwa Dia melihat Natanael ketika berada di bawah pohon ara. Para rabi
diketahui suka berkumpul di bawah pohon-pohon ara untuk mendiskusikan sabda
Allah. Keterbukaan hati Natanael tentunya merupakan tanah yang sungguh subur
untuk berakarnya sabda Allah.
Allah ingin
memberikan kepada kita kebebasan dan keterbukaan sama seperti yang dimiliki
oleh Natanael. Tidak ada kepalsuan bukanlah suatu atribut pribadi yang bersifat
alamiah, melainkan datang selagi kita memasrahkan keamanan diri kita dalam
tangan-tangan kasih Yesus. Karena kita mengetahui pengampunan-Nya dan menaruh
kepercayaan pada pemeliharaan Bapa-Nya, maka tidak perlulah bagi kita untuk
membentengi diri kita dengan segala macam upaya perlindungan yang bersifat
duniawi. Seperi Natanael, marilah kita membenamkan diri ke dalam Kitab Suci dan
memperkenankan sabda Allah menyembuhkan diri kita dari segala kepalsuan.
DOA: Tuhan Yesus,
Engkau mengenal diri kami lebih baik daripada kami mengenal diri kami sendiri.
Semoga Roh Kudus-Mu membuang segala kepalsuan yang ada pada diri kami
masing-masing dan membuat kami “garam bumi” dan “terang dunia” yang dengan
jelas mencerminkan kemuliaan-Mu. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan