(Bacaan Injil Misa
Kudus, PESTA S. LAURENSIUS, DIAKON-MARTIR – Sabtu, 10 Agustus 2013)
Sesungguhnya Aku berkata berkata kepadamu: Jika biji gandum tidak
jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia
akan menghasilkan banyak buah. Siapa saja yang mencintai nyawanya, ia akan kehilangan
nyawanya, tetapi siapa saja yang membenci nyawanya di dunia ini, ia akan
memeliharanya untuk hidup yang kekal. Siapa saja yang melayani Aku, ia harus
mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Siapa
saja yang melayani Aku, ia akan dihormati Bapa. (Yoh 12:24-26)
Bacaan Pertama:
2Kor 9:6-10; Mazmur Tanggapan: Mzm 112:1-2,5-9
“Jika biji gandum
tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia
mati, ia akan menghasilkan banyak buah” (Yoh 12:24).
Imaji tentang biji
gandum tentunya berlaku untuk Santo Laurensius, seorang diakon Gereja awal yang
dibunuh sebagai martir Kristus pada masa pengejaran Kaisar Valerian pada tahun
258 M. Memang ayat ini berlaku untuk para martir, namun tidak kurang berlakunya
bagi kita semua.
Catatan-catatan
tradisi abad ke-4 menceritakan tentang tanggapan berani dari Santo Laurensius
terhadap permintaan antek-antek Valerian untuk memberikan harta-kekayaan
Gereja. Keesokan harinya, Laurensius muncul dengan banyak sekali orang miskin
dan cacat dari kota Roma – semua yang dilayani oleh diakon Laurensius. Di
hadapan para pejabat kekaisaran, Laurensius menyatakan: “Inilah harta-kekayaan
Gereja”. Untuk “keberanian” (kekurangajaran?) ini, Laurensius dibakar
hidup-hidup.
Jika darah para
martir merupakan benih bagi Gereja, di mana tempat kita sekarang? Tidak terlalu
banyak dari kita akan dipanggil oleh-Nya untuk menumpahkan darah sebagai martir
Kristus. Dengan demikian, bagaimana kita dapat membantu Gereja untuk berakar
dan bertumbuh? Jawabannya: Dengan sukarela merangkul “kemartiran” kecil-kecilan
sebagai bagian dari kehidupan kita sehari-hari.
Raniero Cantalamessa OFMCap. sekali menjelaskan begini: “Seorang
ibu … pulang ke rumah dan memulai harinya yang terdiri dari seribu hal-hal
kecil. Hidupnya praktis direduksi menjadi remah-remah, tetapi apa yang
dilakukannya bukanlah hal yang kecil: Itu adalah Ekaristi bersama Yesus!
Seorang biarawati … di pagi hari pergi untuk melakukan tugas pekerjaannya
sehari-hari di tengah-tengah orang-orang tua, orang-orang sakit, dan anak-anak.
Hidupnya juga kelihatan dapat dipecah-pecah oleh banyak hal yang kecil sehingga
pada malam hari seakan tidak berbekas – terasa seperti satu hari lagi yang
sia-sia. Akan tetapi hidup sang biarawati juga adalah Ekaristi; dia telah
“menyelamatkan” hidupnya sendiri … Tidak ada seorang pun boleh mengatakan: “Apa
gunanya hidupku ini? Kita ada di dunia untuk alasan yang paling agung, yaitu
menjadi suatu kurban yang hidup. Artinya menjadi Ekaristi bersama Yesus.”
Apabila kita
memilih untuk menyangkal atau mengesampingkan diri kita sendiri untuk menolong
orang-orang lain, atau ketika kita memutuskan untuk berdiri tegak demi Injil
Yesus Kristus, maka kita pun dapat dikatakan bergabung dengan para martir seperti
Laurensius pada waktu kita ikut ambil bagian dalam kurban Yesus bagi dunia.
Kita sungguh dapat berbuah bagi Kerajaan Allah!
DOA: Tuhan Yesus,
tolonglah aku agar mau dan mampu untuk memilih mengikuti Engkau dengan sepenuh
hidupku. Aku ingin untuk mengosongkan diriku sendiri agar dengan demikian aku
dapat melayani orang-orang lain. Aku mau berbuah banyak bagi Kerajaan-Mu. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan